WHEEZING PADA ANAK
Wheezing pada anak menyebabkan angka kesakitan negara maju ataupun
berkembang.1 Wheezing sering
menyebabkan anak dibawa ke pelayanan kesehatan dan menyebabkan para klinisi
tertantang untuk penegakan diagnosis.2, 3 Wheezing sering berhubungan
dengan sesak napas dan batuk.4 Berbagai etiologi
yang menyebabkan adanya wheezing baik
itu yang berasal dari kelainan saluran napas ataupun diluar saluran napas
bahkan dapat berasal dari penyakit sistemik.1, 5, 6
Sekitar 19% anak menunjukan adanya wheezing dengan onset rata-rata usia 3
tahun.7 Data lain
menyebutkan 25-30% anak menderita sedikitnya satu kali episode wheezing, pada usia 3 tahun 40% dan usia
6 tahun hampir setengah nya anak mengalami episode wheezing. Asma merupakan penyebab tersering anak dengan wheezing berulang, namun penyakit lain
harus dipikirkan sebagai diagnosis banding. Begitu banyak penyebab wheezing diperlukan anamnesis dan
pemeriksaan yang teliti.2, 5, 6
Pada referat ini akan dibahas definisi,
etiologi, patogenesis dan pendekatan diagnosis wheezing pada anak.
Definisi
Wheezing didefinisikan sebagai suara dengan nada tinggi yang
terus-menerus yang dihasilkan saat ekspirasi.8 Wheezing terjadi karena adanya aliran
udara yang melewati saluran napas yang lebih kecil karena adanya bronkospasme,
pembengkakan mukosa dan peningkatan sekresi. Terdengar paling jelas saat
ekspirasi saat adanya obstruksi saluran napas. Wheezing biasa terjadi pada bayi, namun jarang terjadi pada neonatus.7
Transient
wheezing dimana gejala dimulai sebelum usia 3 tahun dan menghilang pada
usia 6 tahun. Transien wheezing
mungkin disebabkan oleh beberapa faktor pemicu. Persisten wheezing jika gejala
menetap hingga lebih dari usia 6 tahun. Sedangkan jika gejala mulai muncul
setelah 3 tahun dikatakan late onset wheezing.8, 9
Fenotif wheezing
Fenotif wheezing pada
anak diklasifikasikan berdasarkan epidemiologi atau tipe gejala. The Tuscon Children’s Respiratory Study (TCRS) membagi
1.200 anak menjadi 4 grup berdasarkan fenotif epidemiologi yaitu: never
wheezing (51%), transient early wheezing (20%), late onset wheezing (15%), dan
persistent wheezing (14%).10
Gambar1. Fenotif wheezing pada anak
Sumber: Deerojanawong.10
Etiologi
Wheezing pada anak dapat
disebabkan oleh berbagai etiologi. Penyebab yang paling banyak menyebabkan
wheezing pada anak diantaranya asma, alergi, gastroesofageal reflux disease (GERD).7 Berbagai etiologi
dan mekanisme terjadinya wheezing
dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Penyebab wheezing paling sering dengan
mekanismenya.7
Kategori
diagnostik
|
Penyebab
|
Anatomi
|
Diluar
saluran napas
-
Limfadenopati
-
Tumor
-
Hernia
diafragmatika
-
Cincin vaskular
Didalam
saluran napas
-
Trakeomalasia
-
Benda asing
-
Tuberkulosis
endobronkial
-
Disfungsi plika
vokalis
-
Bronkopulmonari
displasia
-
Gagal jantung
kongestif
-
Emfisema
lobaris kongenital
|
Inflamasi/
infeksi
|
Asma
bronkial
Bronkiolitis
Respiratory
syncitial virus
Influenza A and
B
Adenovirus
Rhinovirus
Bronkitis
Pneumonia
Mycoplasma
pneumonia
Pneumonia
Klamidia
Pneumonia
aspirasi
Bronkiektasis
Alpha 1
antitrypsin deficiency
Pulmonary
hemosiderosis
|
Genetik/metabolik
|
Kistik
fibrosis
Immotile
cilia syndrome
Kartagener
syndrome
Gangguan
metabolik
Hipokalsemia
Hipokalemia
|
Sumber: El-Gamal 7
Patogenesis
Bayi rentan mengalami wheezing karena faktor anatomi yang
berhubungan dengan paru dan dinding dada selain faktor imunologi dan molekular
dibandingkan dengan anak yang lebih besar. Obstruksi disebabkan oleh ukuran
saluran napas dan compliance paru.
Ukuran saluran napas berbanding terbalik dengan kekuatan aliran udara. Pada
anak <5 tahun ukuran saluran napas kecil berkontribusi terhadap 50%
resitensi total saluran napas. Penyempitan tersebut dapat pembatasan aliran
udara dan wheezing. Dengan bantuan
dinding dada menghasilkan tekanan intratorakal pada saat ekspirasi dapat
menyebabkan kolaps saluran napas. Pembatasan aliran udara disebabkan oleh
adanya perbedaan antara komposisi kartilago dengan tonus otot polos pada
saluran napas yang menyebabkan meningkatnya compliance
saluran napas dibandingkan anak yang lebih besar.7
Pengaruh imunologi dan molekular berkontribusi terhadap kecenderungan wheezing pada anak. Dibandingkan orang
dewasa, bayi memiliki limfosit dan netrofil yang lebih tinggi dibandingkan
dengan sel mast dan eosisinofil pada cairan bronkoalveolar. Berbagai mediator
inflamasi juga ditemukan pada bayi dengan wheezing
seperti histamin dan leukotrien.7
Anamnesis
Begitu banyak penyebab wheezing diperlukan anamnesis dan
pemeriksaan yang teliti. Pendekatan diagnosis wheezing pada anak diantaranya:5
1.
Riwayat keluarga. Penyakit infeksi pada keluarga
misalkan virus yang menginfeksi saluran napas atas, pertusis, tuberkulosis
dapat menyebabkan wheezing. Riwayat
keluarga asma, alergi, atau eksim meningkatkan kecurigaan terhadap asma.5
2.
Onset usia. Usia pada saat pertama kali didapatkan
adanya wheezing membantu membedakan
adanya penyebab kongenital dan bukan kongenital. Wheezing pada bayi lebih mungkin disebabkan oleh adanya kelainan
kongenital dibaningkan dengan anak yang lebih besar.5 Tabel 2 menunjukan
diagnosis banding berdasarkan usia onset.
Tabel 2. Diagnosis banding wheezing
berdasarkan usia onset.2
|
Relatif frekuensi kejadian
|
||
Infant
|
Anak
|
Remaja
|
|
Asma
|
+
|
+++
|
+++
|
Malasia
saluran napas
|
++
|
+
|
-
|
Benda
asing
|
++
|
+++
|
±
|
Infeksi
saluran napas
|
+++
|
++
|
+
|
Bronkopulmonari
displasia
|
+++
|
+
|
-
|
Anomali
kongenital
|
+++
|
+
|
-
|
Disfungsi
pita suara
|
-
|
±
|
++
|
Tumor
|
±
|
±
|
±
|
Sindrom
aspirasi
|
+
|
±
|
±
|
Sumber: Wong2
3.
Pola wheezing dapat
menunjukan etiologi dari wheezing. Wheezing yang timbul episodik musiman
berhubungan dengan paparan lingkungan kemungkinan disebabkan oleh asma.
Persiten wheezing sejak lahir
disebabkan oleh kelainan kongenital anatomi sedangkan anak dengan penyakit
saluran napas yang persisten perludipikirkan adanya kistik fibrosis,
bronkopulmonari displasia, laringomalasia, agamaglobulinemia dan diskinesia
siliari primer.5
4.
Musim. Beberapa kasus wheezing dipengaruhi musim. Infeksi saluran napas baik bagian atas
maupun bagian bawah. Infeksi Respiratory
Syncytial Virus merupakan penyebab infeksi tersering yang menyebabkan
wheezing. Respiratory syncytial virus
(RSV) merupakan penyebab terbanyak bronkiolitis di Amerika bulan November
hingga Juni dengan puncaknya bulan Januari.5
5.
Wheezing
setelah makan. Fistula trakeoesofageal dan defek pada laring merupakan penyebab
yang jarang wheezing pada anak setelah makan. Namun gejala ini biasanya muncul
pada gastroesofageal refluks disease
(GERD). Gastroesofageal refluks disease
biasanya mengalami pertumbuhan yang buruk.5
6.
Onset mendadak. Aspirasi benda asing dapat timbul
kapanpun namun paling sering pada anak usia 8 bulan hingga 4 tahun. Obstruksi
saluran napas atas menyebabkan batuk, mengorok, dan wheezing.5
7.
Batuk. Batuk setelah makan biasanya pada GERD. Batuk
kering dan tidak produktif yang memburuk pada malam hari biasanya disebabkan
oleh GERD, alergi, atau asma. Obstructive sleep apnea biasanya
berhubungan dengan batuk dan wheezing dan
menyebabkan terbangun pada malam hari. Sleep apnea pada bayi biasanya
disebabkan oleh kelainan kraniofasialis, pada anak yang lebih besar disebabkan
oleh hipertrofi adenotonsiler.5
8.
Penyakit saluran napas. Penyakit pernapasan multipel
tanpa penyebab yang jelas pada tahun pertama kehidupan biasanya disebabkan oleh
adanya kistik fibrosis atau imunodefisiensi, atau diskinesia siliaris primer.5
9.
Perubahan posisi. Trakeomalasia dan kelianan pembuluh
darah besar wheezing menghilang saaat
dilakukan perubahan posisi.5
Pemeriksaan Fisis
Anak dengan penyakit
kronis harus diperiksakan kelainan metabolic, imunodefisiensi dan kistik
fibrosis. Pada bayi dengan wheezing
yang terdengar tanpa stetoskop dan tidak berhubungan dengan distress napas
biasantya merupakan tanda kelianan kongenital saluran napas. Retraksi,
pernapasan cuping hidumng dan merintih merupakan tanda adanya distress napas.
Auskultasi dapat menentukan adanya wheezing,
stridor, dan ronkhi serta lokasinya meskipun pada anak tidak dapat menarik
napas yang dalam. Pemeriksaan kulit, jantung, telinga hidung dan dada dapat
membantu mengetahui etiologi dari wheezing.
Gejala dan tanda seperti allergic shiner, dermatitis atopi, limfadenopati, murmur
dan secret hidung dapat mengarahkan suatu diagnosis. Clubbing finger dan sianosis menunjukan suatu penyakit kronis
saluran napas.5 Beberapa penemuan
gejala dan tanda yang mengacu kearah suatu diagnosis dapat dilihat pada tabel
2.
Tabel 2. Diagnosis banding wheezing berdasarkan gejala dan tanda.5
Gejala dan tanda
|
Kemungkinan diagnosis
|
Evaluasi lebih lanjut
|
Berhubungan dengan makan, batuk dan muntah
|
Gastroesofageal
reflux disease
|
Monitoring
pH 24 jam
Barium
swallow
|
Berhubungan dengan perubahan posisi
|
Trakeomalasia, anomali vena besar
|
Angiografi
Bronkoskopi
Rontgen
dada
CT
scan atau MRI
Ekokardografi
|
Demam dan terdengar crackles
|
Pneumonia
|
Rontgen
dada
|
Gejala hilang timbul, batuk, berespon dengan
bronkodilator
|
asma
|
Tes
alergi
Uji
fungsi paru
Uji
salbutamol
|
Terdengar dengan fleksi leher, dan hilang saat leher
hiperekstensi
|
Vascular ring
|
Angiografi
Barium
swallow
Bronkoskopi
Rontgen
dada
CT
scan atau MRI
|
Murmur atau kardiomegali, sianosis tanpa distress
napas
|
Penyakit jantung
|
Angiografi
Rontgen
dada
Ekokardiografi
|
Riwayat penyakit saluran napas multiple, gagal
tumbuh
|
Kistik fibrosis atau imunodefisiensi
|
Tes
fungsi siliar
Kadar
immunoglobulin
Uji
klorida keringat
|
Pola musiman, pernapasan cuping hidung
|
Bronkiolitis, croup, alergi
|
Rontgen
dada
|
Stridor tanpa air liur
|
Epiglottitis
|
Rontgen
leher
|
Onset yang mendadak wheezing dan tersedak
|
Aspirasi benda asing
|
bronkoskopi
|
Sumber: Weiss 5
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang
disesuaikan dengan usia anak dan etiologi yang dicurigai. Pemriksaan oksimetri
diperlukan pada bayi dan anak. Jika dicurigai suatu infeksi virus atau bakteri
diperlukan pemeriksaan seperti sediaan hapus, kultur darah dan dahak, atau uji
sensitifitas. Pemeriksaan hanya dilakukan jika mengubah tatalaksana uji klorida
keringat sangat membantu menegakkan kistik fibrosis. Jika dicurigai
imunodefisiensi pemeriksaan immunoglobulin dan hitung jenis diperlukan.
Monitoring pH, barium swallow atau endoskopi diperlukan untuk GERD, sedangkan
tes alergi dilakukan pada anak diatas 2 tahun.5
Foto toraks diperlukan pada anak dengan wheezing yang tidak berespon dengan
bronkodilator atau wheezing berulang.
Foto toraks dapat mengidentifikasi adanya kelainan kongenital, penyakit
parenkim paru, benda asing ataupun kelainan jantung. Jika foto toraks normal namun wheezing masih ada diperlukan pemeriksaan
bronkoskopi untuk mengetahui adanya kealianan kongenital. Computed tomography dapat mendeteksi nodul paru, bronkiektasis tetapi
jarang menyebabkan wheezing pada
anak. Magnetic resonance imaging (MRI)
dapat mengidentifikasi adanya penumpukan cairan dan membedakan kelainan
jaringan lunak sperti tumor, fibrosis, atau pneumonitis post obrstruktif.5
Jika riwayat atau pemeriksaan fisik
menunjukan suatu asma, pedoman klinis menganjurkan untuk pemeriksaan uji fungsi
paru. Spirometri merupakan pemeriksaan paling akurat pada anak usia lebih dari
8 tahun dan dapat mendeteksi obstruksi yang reversibel dan saluran napas yang
hiperresponsif.5
Tatalaksana
Tatalaksana wheezing
pada anak tergantung pada penyakit yang mendasarinya. Respon terhadap bronkodilator
tidak dapat diprediksi, terlepas dari penyebabnya, teteapi disarankan pada
hiperreaktivitas bronkus. Dapat diberikan aerosol albuterol dan diobservasi
respon. Ipratropium bromid juga digunakan dengan trakeal atau bronkomalasia
yang memburuk dengan pemberian β2 agonis karena menurunkan tonus otot polos.7
Pemberian steroid inhalasi dapat diberikan
pada anak yang berespon terhadap steroid oral, wheezing sedang hingga berat, atau dengan riwayat atopi termasuk
alergi makanan atau eksim. Inhalasi steroid diberikan untuk terapi pemeliharaan
pada anak dengan jalan napas yang reaktif.
Anak dengan bronkiolitis akut yang
menunjukan distress napas sebaiknya dirawat, mendapat terapi suportif. Jika
didapatkan hipoksemia diberikan oksigen lembab. Sedatif dihindari karena dapat
menyebabkan depresi pernapasan. Kortikosteroid tidak direkomendasikan pada anak
yang sebelumnya sehat dengan infeksi RSV. Ribavirin dapat diberikan pada anak
dengan RSV bronkiolitis dengan penyakit jantung bawaan atau penyakit paru kronik.7
Simpulan
Wheezing dapat disebabkan oleh berbagai
penyebab. Anamnesis yang mendalam dapat memperkirakan etiologi dari wheezing.
Daftar Pustaka
Komentar
Posting Komentar