Intoksikasi Sianida pada Anak
Intoksikasi Sianida pada Anak
Pendahuluan
Sianida
merupakan zat beracun yang sangat
mematikan. Sianida telah digunakan sejak ribuan tahun yang lalu. Sianida juga
banyak digunakan pada saat perang dunia pertama. Efek dari sianida ini sangat
cepat dan dapat mengakibatkan kematian dalam jangka waktu beberapa menit.1-5
Sianida
dapat dalam bentuk gas, cair ataupun padat sering digunakan dibidang industri,
ditemukan pada zat rumah tangga, dan hasil pembakaran zat sisa seperti limbah
pabrik seperti nilon, benang wol, silk dan plastik.2-4, 6 Sianida dapat
diproduksi oleh bakteri, jamur dan ganggan. Sianida juga ditemukan pada rokok,
asap kendaraan bermotor, dan makanan seperti bayam, bambu, kacang, tepung
tapioka dan singkong.3
Sianida sering digunakan untuk percobaan
bunuh diri atau tindakan berbahaya seperti pembunuhan dan terorisme. Sianida
berpotensi sebagai senjata kimia yang digunakan teroris karena mudah didapatkan
dan tersebar, yang dapat dengan cepat melumpuhkan dan mematikan.3, 4 Intoksikasi juga sering
terjadi akibat kecelakaan atau ketidaksengajaan. Anak memiliki risiko lebih
besar untuk terjadinya intoskikasi sianida.4, 7, 8
Pada referat ini akan dibahas mengenai
biokimia sianida, sumber sianida, manifestasi klinis, laboratorium dan
tatalaksana pada intoksikasi sianida.
Sianida
Sianida
adalah kelompok senyawa yang mengandung gugus siano (−C≡N) yang terdapat dialam
dalam bentuk-bentuk berbeda. Sianida di alam dapat diklasifikasikan sebagai
sianida bebas, sianida sederhana, kompleks sianida dan senyawa turunan sianida.9
Sianida bebas adalah penentu ketoksikan
senyawa sianida yang dapat didefinisikan sebagai bentuk molekul (HCN) dan ion
(CN‒) dari sianida yang dibebaskan melalui proses pelarutan dan disosiasi
senyawa sianida.9
Sianida sederhana dapat didefinisikan
sebagai garam-garam anorganik sebagai hasil persenyawaan sianida dengan
natrium, kalium, kalsium, dan magnesium. Bentuk sianida sederhana biasanya
digunakan dalam leaching emas. Sianida sederhana dapat larut dalam air
dan terionisasi secara cepat dan sempurna menghasilkan sianida bebas dan ion
logam.9
Kompleks sianida termasuk kompleks dengan
logam kadmium, tembaga, nikel, perak, dan seng. Kompleks sianida ketika
terlarut menghasilkan HCN dalam jumlah yang sedikit atau bahkan tidak sama
sekali.9
Senyawa turunan sianida adalah SCN‒
(tiosianat), CNO‒ , dan NH3 (amonia) yang biasanya dihasilkan dari sianidasi,
degradasi alami dan pengolahan limbah mengandung sianida.9
Asal paparan
Sianida masuk kedalam tubuh dengan berbagai jalur diantaranya:
1.
Inhalasi
Sisa
pembakaran produk sintesis yang mengandung karbon dan nitrogen seperti plastik
akan melepaskan sianida. Rokok juga mengandung sianida, pada perokok pasif
dapat ditemukan sekitar 0.06μg/mL sianida dalam darahnya, sementara pada
perokok aktif ditemukan sekitar 0.17 μg/mL sianida dalam darahnya. Hidrogen
sianida sangat mudah diabsorbsi oleh paru, gejala keracunan dapat timbul dalam
hitungan detik sampai menit. Ambang batas minimal hydrogen sianida di udara
adalah 2-10 ppm, tetapi angka ini belum dapat memastikan konsentrasi sianida
yang berbahaya bagi orang disekitarnya. Selain itu, gangguan dari saraf-saraf
sensoris pernafasan juga sangat terganggu. Berat jenis hidrogen sianida lebih
ringan dari udara sehingga lebih cepat terbang ke angkasa. Anak-anak yang
terpapar hidrogen sianida dengan tingkat yang sama pada orang dewasa akan
terpapar hidrogen sianida yang jauh lebih tinggi.3, 4
Asap rokok merupakan sumber keracunan
sianida akut pada anak. Diperkirakan satu dari 40 kematian berhubungan
dengan paparan asap rokok setiap tahunnya di Amerika Serikat termasuk anak yang
kurang dari 15 tahun. Pada
anak mayoritas disebabkan oleh terhirupnya asap rokok dibandingkan dengan
terbakar. Sianida berperan penting dalam
kematian yang disebabkan terhirupnya asap rokok pada korban kebakaran.4, 7, 8
2.
Mata
dan kulit
Paparan
hidrogen sianida dapat menimbulkan iritasi pada mata dan kulit. Muncul segera
setelah paparan atau paling lambat 30 sampai 60 menit. Kebanyakan kasus disebabkan
kecelakaan pada saat bekerja sehingga cairan sianida kontak dengan kulit dan
meninggalkan luka bakar.3
3.
Tertelan
Tertelan dari
hidrogen sianida sangat fatal. Karena sianida sangat mudah masuk ke dalam
saluran pencernaan. Tidak perlu melakukan atau merangsang korban untuk muntah,
karena sianida sangat cepat berdifusi dengan jaringan dalam saluran pencernaan.2-4, 10
Proses biokimia
Walaupun sianida dapat mengikat dan menginaktifkan beberapa
enzim, tetapi yang mengakibatkan timbulnya kematian atau timbulnya histotoksik
anoksia adalah karena sianida mengikat bagian aktif dari enzim sitokrom
oksidase sehingga akan mengakibatkan terhentinya metabolisme sel secara
aerobik. Sebagai akibatnya hanya dalam waktu beberapa menit akan mengganggu
transmisi neuronal.1, 3, 11
Sianida dapat di
buang melalui beberapa proses tertentu sebelum sianida berhasil masuk kedalam
sel. Proses yang paling berperan disini adalah pembentukan dari
cyanomethemoglobin (CNMetHb), sebagai hasil dari reaksi antara ion sianida
(CN–) dan MetHb.
Selain itu juga, sianida dapat dibuang dengan adanya:
-
Ikatan dengan endothelial-derived relaxing
factor (EDRF) dalam hal ini adalah asam nitirit.
-
Bahan-bahan metal seperti emas, molibdenum atau
komponen organik seperti hidrokobalamin sangat efektif mengeliminasi sianida
dari dalam sel.
-
Albumin dapat merangsang kerja enzim dan
menggunakan sulfur untuk mengikat sianida.
-
Terdapat
4 enzim yang berperan dalam detoksikasi sianida, yaitu rhodanese,
mercaptopyruvate sulfurtransferase, thiosulfate reductase, and cystathionase.
(Gambar 1).1, 3
Gambar1: Reaksi detoksikasi
sianida
Sianida dapat
dengan mudah menembus dinding sel. Sianida ada di alam walaupun dalam dosis
yang rendah, sehingga terdapat jalur biokimia intrinsik untuk mendetoksifikasi
ion sianida. Jalur terpenting dari pengeluaran sianida ini adalah dari
pembentukan tiosianat (SCN-) yang diekresikan melalui urin. Tiosianat ini
dibentuk secara langsung sebagai hasil katalisis dari enzim rhodanese dan
secara indirek sebagai reaksi spontan antara sianida dan sulfur persulfida.3
Manifestasi Klinis
Efek utama dari racun sianida adalah timbulnya hipoksia
jaringan yang timbul secara progresif. Gejala dan tanda fisik yang ditemukan
sangat tergantung dari;
-
Dosis sianida
-
Banyaknya paparan
-
Jenis paparan
-
Tipe komponen dari sianida
Sianida menghambat sel menggunakan oksigen
dengan mengaktifkan mitokondial sitokrom oksidase dan menyebabkan metabolisme
sel berubah dari aerob menjadi anaerob. Metabolism anaerob menghasilkan racun
seperti asam laktat yang berlebih. Manifestasi klinis keracunan akut sianida
sering tidak spesifik dan mencerminkan adanya kekurangan oksigen pada jantung
dan otak.3, 4, 6
Anak lebih rentan mengalami intoksikasi
sianida karena laju napas anak lebih tinggi menyebabkan pada paparan inhalasi
intoksikasi sistemik lebih besar. Selain itu indeks masa tubuh anak lebih kecil
dan mekanisme metabolic yang imatur sehingga menyebabkan toksisitas pada kadar
yang rendah.3
Efek klinis spesifik intoksikasi sianida
tidak jelas, sehingga sulit mendiagnosa intoksikasi sianida hanya dari temuan
klinis. Setelah paparan kuat, kematian dapat segera terjadi. Gejala diawali
dengan adanya kelemahan, bingung, nyeri kepala dan sesak. Manifestasi lanjut
diantaranya mual, muntah, hipotensi, kejang, koma, apneu, aritmia jantung, dan
kematian.4, 12
Sianida dapat
menimbulkan banyak gejala pada tubuh dengan melibatkan berbagai organ (seperti
tampak pada Tabel 1). Hanya dalam jangka waktu 15 detik tubuh akan merespon
dengan hiperpnea, 15 detik setelah itu sesorang akan kehilangan kesadarannya.
Tiga menit kemudian akan mengalami apnea yang dalam jangka waktu 5-8 menit akan
mengakibatkan aktifitas otot jantung terhambat karena hipoksia dan berakhir
dengan kematian.3
Tabel
1. Intoksikasi sianida dengan manifestasi berbagai organ
Sistem organ
|
Manifestasi klinis
|
Vaskular
|
Vasodilatasi
Peningkatan tekanan darah (fase awal)
Penurunan tekanan darah
Penurunan curah jantung
|
Metabolic
|
Peningkatan asidosis
Penurunan fosfokreatin
Penurunan Adenosis TriPhospat
|
Endokrin
|
Peningkatan pengeluaran histamine
Peningkatan pengeluaran epinefrin
|
System otonom
|
Peningkatan kontraksi lien
Muntah
Defekasi
Urinasi
Salivasi
|
Jantung
|
Penurunan nodus SA
Peningkatan aritmia
Penurunan kekuatan kontraksi
|
System saraf pusat
|
Penurunan kesadaran
Kejang
|
Paru
|
Napas megap-megap, napas cepat dan dalam
yang, napas lambat dan dalam
|
Mata
|
Penurunan focus
Midriasis yang lambat
|
Sumber:
Baskin3
Manifestasi
toksisitas sianida berhubungan dengan kadar sianida dalam darah. Semakin besar
kadar, gejala semakin jelas dan risiko kematian lebih besar. Seperti tampak pada
tabel 2.3
Tabel
2. Hubungan Kadar sianida dalam darah dengan tanda intoksikasi
Kadar sianida (µg/mL)
|
Gejala dan tanda
|
0,2-0,5
|
Tidak bergejala
|
0,5-1,0
|
Kemerahan, takikardia
|
1,0-2,5
|
Obtunded
|
2,5-3,0
|
Koma
|
≥3,0
|
Meninggal
|
Sumber: Baskin3
Dalam konsentrasi
rendah, efek dari sianida baru muncul sekitar 15-30 menit kemudian, sehingga
masih bisa diselamatkan dengan pemberian antidotum. Tanda awal dari keracunan
sianida adalah; hiperpnea sementara, nyeri kepala, dyspnea, kecemasan, perubahan
perilaku seperti agitasi dan gelisah, berkeringat banyak, warna kulit
kemerahan, tubuh terasa lemah dan vertigo juga dapat muncul.3
Tanda akhir
sebagai ciri adanya penekanan terhadap CNS adalah koma dan dilatasi pupil,
tremor, aritmia, kejang-kejang, koma penekanan pada pusat pernafasan, gagal
nafas sampai henti jantung, tetapi gejala ini tidak spesifik bagi mereka yang
keracunan sianida sehingga menyulitkan penyelidikan apabila penderita tidak
mempunyai riwayat terpapar sianida.2-4
Karena efek racun
dari sianida adalah memblok pengambilan dan penggunaan dari oksigen, maka akan
didapatkan rendahnya kadar oksigen dalam jaringan. Pada pemeriksaan funduskopi
akan terlihat warna merah terang pada arteri dan vena retina karena rendahnya
penghantaran oksigen untuk jaringan. Peningkatan kadar oksigen pada pembuluh
darah vena akan mengakibatkan timbulnya warna kulit seperti “cherry-red”,
tetapi tanda ini tidak selalu ada.3, 4
Laboratorium
Dari pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya penurunan
tekanan partial oksigen (PO2) dengan adanya asidosis laktat. Pemeriksaan darah
dan urin sangat penting pada mereka yang sering terpapar agen ini. Selain itu
juga, pemeriksaan ini akan menentukan pemberian jenis terapi. Konsentrasi
sianida dalam darah sangat berhubungan dengan gejala klinis yang akan
ditimbulkannya.3
Karena sel darah
merah banyak mengandung sianida di dalam darahnya, maka pemeriksaan seluruh
komposisi darah sangat diperlukan. Hal ini cukup sulit dilakukan karena waktu
paruh sianida yang pendek sehingga kandungan sianida dalam darah dengan cepat
dapat berkurang. Oleh sebab itu, faktor waktu dan kondisi tempat penyimpanan
sangat penting dalam menentukan hasil pemeriksaan.3
Peningkatan asidosis laktat memiliki
sensitivitas yang tinggi dan sepesifisitas yang sedang pada intoksikasi
sianida. Kadar laktat ≥72 mg/dl (≥8 mmol/L) memiliki sensitivitas 94% dan
spesifisitas 74% untuk kadar sianida darah ≥1 mg/L.4
Pemeriksaan berkala kadar sianida dalam
urin dan darah pada pasien yang dicurigai sebagai intoksikasi sianida digunakan
sebagai panduan diagnosis dan terapi. Kadar sianida darah digunakan sebagai
konfirmasi diagnosis dan follow up.
Sel darah merah mengandung paling banyak sianida dalam darah. Pada pemeriksaan
berkala dalam darah kadarnya cenderung turun karena sianida memiliki waktu
paruh yang pendek. Kadar sianida dalam jaringan seperti pada paru, hati, lien
dan jantung lebih akurat sebagai indicator intoksikasi dibandingkan kadar dalam
darah.3
Klasifikasi
Pengklasifikasian ini berdasarkan kemungkinan seseorang
tersebut dapat terpapar;3
-
Diduga : bila seseorang tersebut sangat
berpotensi mengalami kontak dengan bahan-bahan kimia tertentu, tetapi tidak
terdapat sumber atau paparan kimia yang nyata.
-
Mungkin : secara klinis sangat tinggi
kemungkinannya untuk terkena zat kimia (berdasar pada riwayat lama dan lokasi
aktifitas orang tersebut).
-
Dipastikan : Bila ada riwayat terpapar dan
dikonfirmasi dengan pemeriksaan laboratorium menunjukkan hasil yang positif
atau melebihi nilai normal.
Terapi
Dengan
mengetahui toksikologi dan patofisiologi sianida dapat menuntun untuk
mengetahui prinsip terapi. Prinsip terapi pada intoksikasi adalah mengeliminasi
paparan, pemberian terapi suportif, dam pemberian terapi antidote spesifik.2-4
1.
Mengeliminasi paparan
Prinsip pertama terapi
adalah dengan mengeliminasi sumber yang berpotensi toksik dengan cara:3
-
Menghindarkan pasien
dari lingkungan yang terkontaminasi sianida.
-
Melepas semua pakaian yang
terkontaminasi, mencuci kulit dengan sabun dan air atau air saja jika cairan
sianida mengenai kulit
-
Bilas lambung dan
pemberian arang aktif jika tertelan sianida
2.
Terapi suportif
Elemen penting dalam
tatalaksana intoksikasi adalah pemberian terapi suportif. Terapi suportif dapat
berefek terhadap pulihnya kondisi tanpa risiko pemberian terapi antidote. Efek
letal dapat dinetralisir dengan resusitasi mekanik. Penggunaan oksigen
hiperbarik padsa intoksikasi sianida masih kontroversi.suplementasi oksigen
dengan atau tanpa ventilasi bantuan menambah efek antidote.3
Asidosis laktat yang dihasilkan oleh
metabolism anaerob diterapi dengan pemberian intravena sodium bikarbonat.
Tatalaksana kejang dapat diberikan antikonvulsan seperti diazepam. Koreksi
terhadap penurunan oksigenasi dan perfusi merupakan tujuan dari terapi suportif
yang juga membantu terapi antidote.3
3.
Terapi antidote spesifik
Korban yang terkena
sianida dalam jumlah yang besar membutuhkan antidote yang spesifik. Agen terapi
yang direkomendasikan tiap negara berbeda-beda. Seperti Amerika Serikat
digunakan sodium nitrit, sodium tiosulfat, dikobalt edetat, hidroksokobalamin.
Sedangkan di Jerman diberikan 4-dimetilaminofenol dan sodium tiosulfat. Tujuan
rekomendasi sama yaitu salah satu obat memiliki efek langsung efek histotoksik
sianida yang berikatan dengan sitokrom oksidase.1, 3
Beberapa obat yang digunakan adalah:
a.
Nitrit
Amil nitrit dan sodium
nitrit dengan atau tanpa sodium tiosulfat digunakan sebagai antidote sianida.
Bentuk teroksidasi besi heme (Fe3+) pada methemoglobin memiliki afinitas
mengikat yang tinggi untuk sianida disbanding sitokrom oksidase. Sianida
mengikat methemoglobin dan membentuk sianomethemoglobin dan membebaskan
sitokrom oksidase sehingga dapat melakukan metabolism aerob.1, 3
Bentuk
methemoglobin baik itu dari sodium ataupun amil nitrit secara signifikan
menyebabkan vasodilatasi sehingga memerlukan pemantauan tekanan darah. Tanda vasodilatasi
yaitu hipotensi ortostatik, pening, nyeri kepala dan peningkatan methemoglobin
sehingga penggunaannya terbatas pada yang sudah ditegakkan keracunan sianida. Dosis
yang digunakan adalah 4-10 mg/kg atau 0,12-0,33 mL/kg sediaan sodium nitrit 3% (300mg
dalam 10 mL), diberikan intravena selama 3 menit. Dewasa 300 mg. 3
b.
Obat pembentuk
methemoglobin lain
4-Dimethylaminophenol
(4-DMAP), p-aminopropiophenone (PAPP), p-amino heptanoylphenone (PAHP), and p-aminooctanoylphenone (PAOP)
merupakan bentuk methemoglobin yang memiliki proteksi terhadap sianida. 4-Dimethylaminophenol sebagai antidote yang cepat dengan toksisitas yang
rendah. Pemberian intravena 4-DMAP (3mg/kg) menghasilkan methemoglobin 15%
dalam waktu 1 menit.1, 3
Kerugian 4-DMAP adalah terjadi nekrosis
pada tempat injeksi setelah pemberian intramuscular, kemungkinan peningkatan
kadar methemoglobin sangat tinggi. Peningkatan rasa nyeri, demam dan
peningkatan enzim otot setelah pemberian intramuscular. Dosis
yang digunakan 5 ml of 5% solution (250 mg) IV selama 1 menit. 1, 3
c.
Tiosulfat dan donor
sulfur lainnya
Tiosulfat digunakan
bersama dengan sodium nitrit menjadi satu regimen. Dosis standa tiosulfat
adalah dalam ampul 50 ml mengandung 250 mg/ml diberikan intarvena. Dosis kedua
diberikan setengah dari dosis inisial. Dosis pada anak adalah 1,65 ml/kg berat
badan. Penggunaan tiosulkfat terbatas karena waktu paruh yang sangat singkat.1, 3
d.
Garam kobalt
Garam kobalt (kobalt edetat) telah
terbukti aktif efektif mengikat sianida. Beberapa penelitian membandingkan
garam kobalt lebih baik dibandingkan kombinasi nitrit-tiosulfat. Namun garam
kobalt sangat toksik. Memiliki efek terhadap jantung seperti angina pectoris,
aritmia ventrikel, edema sekitar mata, muntah dan bahkan kematian. Dosis yang
digunakan 20 ml of 1.5%
solution (300 mg) IV selama 1 menit.1, 3
e.
Hidroksikobalamin
Hidroksokobalamin (vitamin B12a) efektif
sebagai antagonis intoksikasi sianida dengan mengikat sianida secara langsung
dengan membentuk methemoglobin. Biasanya digunakan pada korban kebakaran yang
mengalami punurunan konsentrasi hemoglobin. Pada dosis tinggi memiliki
toksisitas yang rendah. Hidroksokobalamin memiliki afinitas yang lebih tinggi
dibandingkan sitokrom oksidase. Kombinasi dengan sodium tiosulfat meningkatkan
efek proteksi hidroksokobalamin. Namun didapatkan beberapa kelemahan berupa
dapat menyebabkan urtikaria dan takipilaksis. Hidroksokabalamin memiliki waktu
paruh yang pendek dan harga yang mahal. Dosis yang digunakan: 10 ml of 40% solution (4 g) IV selama 20
menit.1, 3
Tatalaksana di tempat
bencana
-
Pada Zona Kontaminasi
Para
penolong harus memakai pelindung karena hidrogen sianida adalah zat berbahaya
yang sangat mudah masuk ke dalam. Selain itu juga, tim penyelamat pada kejadian
dengan korban keracunan yang banyak harus sudah terlatih membawa peralatan yang
memadai. Peralatan itu antara lain: pelindung pernafasan: tekanan positif, dan
membawa oksigen sendiri pada lokasi dengan tingkat hidrogen sianida yang tidak
dapat diperkirakan. Pelindung kulit: pakaian yang anti zat kimia yang
melindungi kontak langsung hidrogen sianida dengan kulit. Pada korban yang
keracunan sianida, segera cek pernafasan dan nadinya. Segera bawa korban ke
tempat yang bebas racun sianida.3
-
Pada Zona Dekontaminasi
Periksa
respirasi dan nadi ulang. Bila ternyata pernafasan sangat rendah atau tidak
ada, berikan nafas buatan. Segera berikan oksigen 100% dan antidotum spesifik
bila perlu. Selain itu, segera lepaskan pakaian yang terkontaminasi dan siram
kulit dan air dengan air selama 2-3 menit, setelah itu cuci dengan sabun.
Irigasi dan siram mata yang teriritasi dengan air bersih selama lima menit.
Tetap lakukan irigasi pada mata walaupun sedang dilakukan tindakan lain. Pada
kasus yang tertelan, jangan menyuruh atau membuat korban muntah.3
Pada korban tidak sadar, berikan zat
karbon misalnya arang sebanyak 60-90 gram. Jika korban dalam keadaan sadar
tidak dapat diberikan antidotum dengan segera. Setelah selesai dilakukan proses
dekontaminasi racun maka segera pindahkan ke zona pendukung.3
-
Pada
Zona Pendukung
Periksa
kembali respirasi dan nadi korban. Selain itu nilai juga tingkat kesadaran
korban. Segera nilai apakah antidotum yang diberikan berhasil menghilangkan
gejala-gejala yang timbul akibat keracunan. Tetap teruskan melakukan irigasi
pada kulit dan mata.3
Pencegahan
Secara
alami, ada beberapa bahan makanan yang menghasilkan sianida dosis rendah
seperti singkong, pucuk bamboo, kacang
lima, kacang merah, bayam, kedelai, rebung, tapioka, kecambah millet dan
almond. Biji buah-buahan seperti aprikot, apel, dan buah persik juga
diduga memiliki sejumlah besar bahan kimia yang dapat dimetabolisme menjadi
sianida. Ambang
batas kandungan HCN dalam singkong yang boleh dimakan adalah apabila ia
mengandung kurang dari 50 ppm (part per mil/perseribu bagian) asam sianida.
Secara indera, singkong yang beracun akan berasa pahit. Sedangkan singkong yang
tidak beracun akan terasa manis jika dimakan dalam keadaan segar. Beberapa
jenis singkong ada yang awalnya terasa enak dan manis, lalu tak berapa lama
kemudian lidah akan terasa pahit. Ada pun singkong yang apabila dikupas
kulitnya lalu dibiarkan 3 jam kemudian mengeluarkan bercak biru, maka singkong
ini jelas mengandung HCN dalam kadar tinggi hingga tak layak untuk dikonsumsi
secara langsung tanpa pengolahan yang memadai. Secara umum, kadar HCN dalam
singkong dapat dikurangi hingga aman dikonsumsi dengan cara melarutkan HCN ke
air. Misalnya dengan cara mengupas singkong, potong-potong tipis lalu rendam
dalam air yang mengalir selama minimal 24 jam. Jika air tak mengalir, maka
rendam selama 3 hari dengan mengganti air setiap 1 hari. Singkong segar
dikupas, dipotong-potong lalu dihujan panaskan selama 10 hari sampai 2 minggu. Kacang lima mentah
mengandung linamarin. Linamarin adalah suatu senyawa yang ketika dikonsumsi
lalu terurai di dalam tubuh akan diubah menjadi hidrogen sianida. Memasak
kacang lima selama 10 menit sudah cukup untuk membuatnya aman dikonsumsi.
Kacang merah mentah yang mengandung racun phytohaemagglutinin. Ini juga
bisa dinetralisir dengan cara memasaknya pada suhu didih selama 10 menit.
Memasak kacang merah di bawah suhu didih bisa melipatgandakan kandungan racun. Untuk
mencegah keracunan akibat mengkonsumsi pucuk bambu, maka sebaiknya pucuk bamboo
yang akan dimasak terlebih dahulu dibuang daun terluarnya, diiris tipis, lalu
direbus dalam air mendidih dengan penambahan sedikit garam selama 8-10 menit.
Simpulan
Sianida merupakan zat
sangat toksik. Korban yang terkena papran menunjukan gejala yang berat. Terapi
suportif sangat penting dalam tatalaksana. Beberapa tindakan dapat mencegah
intoksikasi sianida. Antidot memiliki risiko yang besar yang dapat berakibat
fatal sehingga harus dengan pertimbangan dan pemantauan yang ketat.
Daftar Pustaka
Komentar
Posting Komentar