DEFEK SEPTUM VENTRIKEL (DSV)
Pendahuluan
Penyakit
jantung bawaan (PJB) didiagnosis 8,41 dari 1000 kelahiran hidup di Amerika
Serikat. PJB berhubungan dengan morbiditas yang berpengaruh pada sarana
kesehatan dan biaya perawatan.1 Defek septum ventrikel (DSV) merupakan
penyakit jantung bawaan yang paling sering ditemui. Pada DSV didapatkan lubang
pada sekat yang memisahkan antara ventrikel kanan dan kiri. DSV dapat berdiri
sendiri atau dapat juga merupakan bagian dari suatu kelainan jantung yang kompleks
seperti tetralogy of fallot (ToF), double outlet right ventricle (DORV), transposition or functionally univentricular
heart.2,3
Defek septum ventrikel prevalensi sekitar
50% dari semua anak yang memiliki penyakit jantung bawaan dan 20% diantaranya
merupakan kelainan tunggal. Berdasarkan data literatur diperkirakan insidensi
DSV 2-6 per 1000 kelahiran hidup. 3,4,5
Pada sari pustaka ini akan dibahas tentang
definisi, klasifikasi, patofisiologi, perjalanan alamiah, diagnosis dan
tatalaksana DSV.
Definisi
Defek
septum ventrikel adalah terdapatnya lubang pada sekat yang memisahkan ventikel
kanan dan ventrikel (septum interventrikularis) sehingga terdapat aliran darah
diantara 2 ventrikel seperti tampak pada gambar 1. DSV dapat disebabkan oleh
gangguan atau gagalnya bersatunya bagian-bagian dari septum interventrikularis. 4,5
Gambar 1 Defek
Septum Ventrikel
Sumber:
http://www.americanheart.org
Klasifikasi
Secara fungsional DSV dibagi
menjadi:4,6,7,8
1.
Defek kecil: pada
pemeriksaan doppler perbedaan tekanan ventrikel kanan dan kiri yang melewati
DSV > 60 mmHg, tidak ada dilatasi ventrikel kiri, dan tidak ada hipertensi
pulmonal berat
2.
Defek moderat: pada
pemeriksaan doppler perbedaan tekanan ventrikel kanan dan kiri yang melewati
DSV 30-60 mmHg dengan dilatasi ventrikel kiri, dan tidak ada hipertensi
pulmonal berat
3.
Defek besar: pada
pemeriksaan doppler perbedaan tekanan ventrikel kanan dan kiri yang melewati
DSV <30 mmHg ada atau tidak dilatasi ventrikel kiri, dan didapatkan hipertensi pulmonal berat.
Defek septum ventrikel dapat tunggal
ataupun multipel. DSV diklasifikasikan berdasarkan patologi diantaranya: perimembranosa,
letak tinggi, subaortik, subarterial, subpulmonar, double commited, infundibular, suprakristal, intrakristal,
subkristal, trabekular, muskular, posterior, anterior, tengah, apikal, tipe
endokardial cushion, tipe atrioventrikular kanal, malalignment, inlet, outlet.6 Gambar 2 menunjukan lokasi
defek yang terjadi pada septum interventrikularis.6
Menurut Soto, DSV di klasifikasikan menjadi perimembranosa, doubly committed subarterial (SADC), muskularis
dan inlet. Perimembranosa merupakan
jenis DSV yang paling banyak yaitu sekitar 80%. Tipe muskularis sekitar 10-15%
dan umumnya mempunyai prognosis yang lebih baik. Tipe SADC 5-7% dan paling
sering di temukan di Asia khususnya Timur Tengah. 4,6,7,8
Gambar 2 Tempat Terjadinya Defek Septum Ventrikel
Sumber: Benson8
Etiologi
Perkembangan
pembentukan jantung telah dilakukan penelitian secara luas. Pembentukan tabung
jantung, looping, pembentukan sekat,
dan menghasilkan sirkulasi sistemik dan pulmonal yang kompleks. Gangguan selama
morfogenesis menyebabkan kelainan jantung kongenital. Gangguan genetik yang
bertanggung jawab atas terjadinya kelainan kongenital jantung dapat dibagi
menjadi 3 tipe yaitu: kelainan kromosom,
kelainan gen tunggal, kelainan poligen.3
Kelainan
kromosom disebabkan oleh hilangnya atau terjadi duplikasi kromosom
termasuk trisomi 21 (sindrom Down),
delesi 22q11 (sindrom DiGeorge) dan delesi 45X (sindrom Turner). Kelainan
jantung kongenital 5-8% diantaranya disebabkan oleh kelainan kromosom. 3
Kelainan gen tunggal disebabkan oleh
delesi, mutasi misssense, dan duplikasi gen. Kelainan ini disebabkan oleh autosom dominan, autosom resesif, atau terkait
kromosom X. Tiga persen disebabkan oleh kelainan gen tunggal. Kelainan
poligenik berhubungan dengan banyak kelainan jantung kongenital.3
Pada ayah yang menderita DSV risiko
berulangnya DSV sekitar 2% sedangkan ibu yang menderita DSV sekitar 6-10%
risiko berulangnya DSV. Meskipun saat ini tidak ada test genetik yang secara
langsung yang memeriksaan hubungan DSV dengan kelainan kromosom ataupun
kelainan gen tunggal, dapat dilakukan konseling reproduksi untuk mengurangi
resiko untuk terjadi DSV.3
Selain faktor genetik terdapat faktor
lingkungan yang berpengaruh terhadap peningkatan resiko penyakit jantung bawaan
khususnya DSV dintaranya: usia ayah dan ibu, kegemukan pada ibu saat hamil,
infeksi saluran kemih berulang saat ibu hamil, diabetes tipe 1, terpapar obat-obatan
infertilitas pada trimester 1, ibu
merokok, konsumsi alkohol, infeksi rubella, hipertensi.9
Patofisiologi
Defek
septum ventrikel terjadi karena terlambatnya penutupan septum interventrikular
pada 7 minggu pertama kehidupan intrauterin. Meskipun penyebab dari terjadinya
defek ini belum diketahui secara jelas, namun mutasi gen diketahui menyebabkan
defek pada ventrikel. Mutasi kromosom dan faktor lingkungan mempengaruhi defek
septum ventrikel. DSV lebih sering terjadi pada bayi prematur dan bayi berat
lahir rendah. Defek septum muskularis lebih sering terjadi pada populasi Asia
dibanding negara-negara barat. 6,10
Ukuran defek dan resistensi vaskular paru mempengaruhi
hemodinamik pasien. Pada keadaan normal resistensi arteri pulmonal fetus lebih
tinggi akan turun secara cepat pada saat mulai bernapas dan pada satu jam
pertama kehidupan.Kemudian turun secara bertahap dan menetap hingga usia 3-6
bulan.6,10
Setelah lahir tahanan vaskular paru turun,
aliran dari kiri ke kanan dimulai dan meningkat pada hari pertama dan minggu
pertama kehidupan. Pada defek yang lebih kecil tekanan ventrikel kanan dan tahanan
arteri pulmonal turun, sedangkan pada defek yang besar terjadi keseimbangan
antara 2 ventrikel. 6,10
Besarnya
pirau ditentukan oleh ukuran, tidak oleh lokasi defek, dan tingkat tahanan
vaskular paru. Gambar 3 menunjukan hemodinamik pada DSV dengan variasi ukuran.
Ukuran ruang jantung secara langsung berhubungan dengan beban darah yang
dipompakan.10
Pada DSV kecil hanya sebagian darah yang
berasal dari ventrikel kiri ke arteri pulmonalis komunis. Derajat kongestif
vaskular paru dan pembesaran ruang jantung minimal atau terlalu kecil untuk
menyebabkan perubahan yang signifikan pada gambaran foto toraks. Volume yang terlalu
kecil yang membebani ventrikel kiri untuk menunjukan hipertrofi ventrikel kiri pada
EKG. Pirau ini juga menyebabkan adanya murmur sistolik.10
Pada DSV yang moderat, satu panah pirau
dari ventrikel kiri ke kanan menyebabkan pembesaran ruang jantung. Pada foto
toraks dapat menunjukan kardiomegali yang signifikan. Volume yang berlebihan
secara signifikan pada ventrikel kiri menyebabkan left ventricular hipertrophy (LVH) pada EKG. Meskipun pirau besar
tetapi ventrikel kanan tidak signifikan membesar karena tekanan hanya sedikit
meningkat.10
Pada DSV yang besar semua ukuran ruang
jantung membesar lebih dari defek moderat karena pirau lebih besar. Karena
besarnya perpindahan darah dari ventrikel kanan dan kiri. Dalam rontgen thorak
menunjukan pembesaran biventrikel, atrium kiri dan peningkatan corakan paru.
Pada EKG didapatkan hipertrofi biventrikular dan kadang hipertrofi atrial.10
Apabila DSV besar yang tidak diterapi,
menyebabkan perubahan ireversibel pada arteriol paru sehingga terjadi penyakit
obstruktif vaskular paru. Ini sering dikenal sebagai sindrom eissenmenger. Akan
terjadi perubahan pada ukuran jantung, gambaran EKG dan gambaran klinis.
Tahanan vaskular paru yang meningkat mempengaruhi pirau kiri ke kanan berkurang
sehingga overload pada ventrikel
kanan dan kiri berubah. Terjadi pengurangan ukuran ventrikel kiri tetapi ventrikel
kanan membesar karena terjadi hipertensi pulmonal yang persisten.10
Gambar 3
Hemodinamik Pada DSV Dengan Variasi Ukuran
Sumber: Park 10
Gambar
3 menunjukan skema hemodinamik pada DSV dengan variasi ukuran 10
1. Defek
kecil: gambaran kardiomegali pada foto toraks tidak ada atau minimal, tekanan
ventrikel kanan 25-30% dibandingkan ventrikel kiri, gambaran EKG biasanya
normal
2. Defek
moderat: gambaran kardiomegali pada foto toraks moderat, tekanan ventrikel
kanan 30-50% dibandingkan ventrikel kiri, gambaran EKG ditemukan left ventricular hipertrophy (LVH),
kadang ditemukan left atrial hipertrophy
(LAH)
3. Defek
besar dengan peningkatan tahanan vaskular paru: gambaran kardiomegali pada foto
toraks jelas, tekanan ventrikel kanan 60-80% dibandingkan ventrikel kiri, gambaran
EKG ditemukan LVH, right ventricular
hipertrophy (RVH) dan LAH
4. Defek
besar dengan peningkatan tahanan vaskular paru: gambaran kardiomegali pada foto
toraks jelas, tekanan ventrikel kanan 60-80% dibandingkan ventrikel kiri,
gambaran EKG ditemukan LVH, RVH, dan LAH
Perjalanan Alamiah
Defek
septum ventrikel perimembranosa dan muskularis menutup spontan 30-40% pada 6
bulan pertama kehidupan. penutupan secara spontan lebih sering terjadi bila
defek kecil. DSV tidak bertambah besar dengan seiring usia. DSV besar berkembang
menjadi gagal jantung kongestif, namun biasanya tidak terjadi hingga usia 6-8
minggu. Penyakit obstruktif vaskular paru
yang mulai pada usia 6-12 bulan pasien dengan DSV besar, tetapi pirau
kanan ke kiri biasanya tidak terjadi hingga pasien menginjak dewasa. Stenosis infundibular terjadi
pada bayi dengan defek yang besar dan menyebabkan turunnya pirau dari kiri ke
kanan dan kadang berubah menjadi pirau t
kanan ke kiri. Endokarditis infektif jarang terjadi. 10
Diagnosis
a.
Anamnesis
Defek
septum ventrikel yang kecil pasien sering asimtomatik, dengan tumbuh kembang
yang normal. Sedangkan pada DSV yang lebih sedang hingga besar terjadi tumbuh
kembang yang terhambat, penurunan aktivitas fisik, infeksi paru berulang dan
sering terjadi gagal jantung.pada masa infan resistensi pulmonal yang lama akan
menyebabkan sianosis dan penurunan aktivitas fisik. 8,10
b.
Pemeriksaan
fisik
Anak
dengan DSV kecil perkembangan baik dan asianotik sebelum usia 2 atau 3 bulan.
Anak dengan DSV besar berat badan lahir rendah dan menunjukan tanda-tanda gagal
jantung. Sianosis dan clubbing finger dapat
timbul pada anak dengan penyakit obstruktif vaskular paru (sindrom eissenmenger).
10
Murmur
holosistolik dapat didengar pada batas sternal kiri bawah. Intensitas P2 normal
pada pirau yang kecil dan moderat, mengeras pada pirau yang besar. S2 mengeras
dan tunggal pada pasien dengan hipertensi pulmonar dan penyakit obstruktif
vaskular pulmonar. Murmur grade 2-5/6
didengar pada batas sternum kiri bawah. 10
c.
Pemeriksaan
penunjang
- Radiologi
Volume
overload yang disebabkan oleh pirau dari
kiri ke kanan menghasilkan pembesaran ruang jantung (kardiomegali) yang sesuai
dengan ukuran pirau.6 Kardiomegali yang bervariasi ukurannya
berhubungan dengan pembesaran atrium kiri, ventrikel kiri dan ventrikel kanan
seperti tampak pada gambar 4 dan 5. Selain itu ditemukan corakan vaskular paru
yang meningkat. Kardiomegali dan peningkatan corakan vaskular paru berhubungan
dengan pirau dari kiri ke kanan. Pada penyakit vaskular paru obstruktif tampak pembesaran
arteri pulmonal, tetapi pada bagian perifer lapangan paru iskemik. Sedangkan
ukuran jantung biasanya normal. 8,10
Gambar 4 Gambaran
Foto Toraks DSV Dengan Hipertrofi Ventrikel Kiri
Sumber: Benson 8
Gambar 5 Gambaran
Skematis Foto Toraks VSD
Sumber: Park 10
-
Elektrokardiografi
Anak
dengan DSV kecil biasanya memiliki gambaran EKG
normal dengan aksis ke kiri bawah. Pada defek yang lebih besar EKG
menunjukan hipertropi ventrikel kiri dan dengan tekanan ventrikel kanan yang
tinggi menyebabkan hipertropi ventrikel kanan. (Gambar 6)10
Gambar 6
Gambaran EKG Pada VSD
Sumber : McDaniel7
-
Ekokardiografi
Ekokardiografi
merupakan alat penunjang yang noninvasif dan secara akurat memperlihatkan
morfologi dan defek. Alat ini dapat memperlihatkan adanya peningkatan tekanan
arteri pulmonal, obstruksi aliran ventrikel kanan, insufisiensi katup aorta,
dan distorsi dari katup.7,8,10
-
Kateterisasi
Pada
saat ini kateterisasi jantung pada penderita DSV tidak selalu diperlukan karena
teknik ekokardiografi yang semakin baik. Kateterisasi diperlukan pada DSV besar
dan atau disertai gagal jantung atau hipertensi pulmonal serta DSV kecil yang
diduga disertai dengan peningkatan tahanan vaskular paru.7,8,10
Tatalaksana
1. Non
operasi
-
Terapi gagal jantung
dapat diberikan digoxin dan diuretik untuk usia 2-4 bulan jika didapatkan gagal
tumbuh. Terapi dapat ditambahkan spironolakton untuk mengurangi kehilangan
kalium. Dapat juga ditambahkan obat untuk mengurangi afterload seperti
captopril. Pemberian minum dilanjutkan dengan formula yang tinggi kalori. Jika
didapatkan anemia dapat diberikan terapi zat besi (Fe)
-
Tidak perlu pembatasan
aktivitas jika tidak didapatkan hipertensi pulmonal
-
Higiene gigi yang baik
dan pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah endokarditis infektif
-
Penutupan dengan device
tanpa operasi dilakukan jika defek tidak terlalu dekat dengan katup dan ketika
akses untuk operasi sulit didapat. 8,10
2. Pembedahan
-
Indikasi dan waktu
1. Bayi
dengan DSV besar dan berkembang menjadi gagal jantung kongestif dan gagal
tumbuh yang sudah mendapat terapi digoxin, diuretik dan obat untuk mengurangi
afterload (afterloading reducing agent). Jika tidak membaik dengan terapi
medikamentosa DSV harus dioperasi pada usia 6 bulan. Operasi dapat ditunda jika
respon baik dengan terapi medikamentosa. Jika tekanan arteri pulmonalis >50%
tekanan sitemik maka operasi harus dilakukan pada tahun pertama
2. Setelah
usia 1 tahun, pirau dari kiri ke kanan yang signifikan dengan Qp/Qs sedikitnya
2:1 mengindikasikan dibutuhkannya operasi tanpa memperhatikan tekanan arteri
pulmonal
3. Bayi
dnegan hipertensi pulmonal tetapi tidak gagal jantung kongestif atau gagal
tumbuh sebaiknya dilakukan kateterisasi usia 6-12 bulan. Operasi harus
memperhatikan pada anak yang lebih besar dengan DSV yang besar dan jika terbukti
adanya peningkatan tahanan vaskular paruharus dilakukan secepatnya
4. Bayi
dengan DSV kecil dan mencapai usia 6 bulan tanpa gagal jantung dan hipertensi
pulmonal biasanya tidak direncanakan untuk operasi. Operasi tidak diindikasikan
pada DSV kecil dengan Qp/Qs kurang dari 1,5:1
5. Beberapa
pusat rujukan melakukan penutupan DSV jika didapatkan prolaps katup aorta
(walau tanpa regurgitasi aorta), riwayat endokarditis dan didapatkan dilatasi
vntrikel kiri
6. Kontraindikasi
pasien untuk dilakukan operasi pada pasien dengan rasio tahanan vaskular paru
dan sistemik 0,5 atau lebih atau terdapat penyakit obstruksi vaskular paru
dengan predominan shunt dari kiri ke kanan.8,10
-
Prosedur
Arteri
pulmonal banding prosedur paliatif yang tidak lagi dilakukan terdapat lesi lain
yang menyebabkan proses perbaikan sulit dilakukan. Penutupan secara langsung
dilakukan dibawah hipotermic kardiopulmonar bypass, sebaiknya tanpa dilakukan
ventrikulektomi kanan. Paling banyak operasi DSV perimembranosa dan inlet
melalui transatrial. Defet outlet paling baik dilakukan dengan menginsisi
arteri pulmonal, sedangkan DSV apikal membutuhkan ventrikulektomi kanan apikal.10
-
Mortalitas
Kematian
pada saat operasi kurang dari 1%. Mortalitas meningkat pada bayi kecil yang
kurang dari 2bulan dan bayi dengan multiple DSV.10
-
Komplikasi 10
1. RBBB
sering terjadi pada pasien dengan ventrikulektomi kanan
2. RBBB
dan hemiblok anterior kiri terjadi pada 10% pasien
3. Residual
shunt terjadi kuang dari 5%
4. Cedera
pada katup trikuspida dan aorta
-
Follow up post operatif
Evaluasi
harus dilakukan setiap 1-2 tahun. Aktivitas tidak harus dikurangi. EKG sering
menunjukan RBBB. Meskipun jarang pasien dengan DSV dan hipertensi pulmonal yang ringan harus
dievaluasi setelah 3 tahun untuk melihat adanya penyakit vaskular paru progresif.10
Kardiologi
intervensi
Saat
ini penutupan defek dapat dilakukan dengan kateterisasi baik melalui
periventrikular ataupun tehnik perkunatenus. Device yang digunakan mulai dari
Clamsell double umbrella device, hingga Amplatzer Muscullar VSD Occluder. Dari
data di Amerika Serikat pasien dengan DSV muskularis yang dilakukan penutupan
menunjukan keberhasilan melalui perkutan sebesar 87%. Dan pada perkembangannya
97% menutup dalam waktu 12 bulan. Komplikasi sebesar 11% dengan 2 diantaranya
meninggal dunia. 7
Komplikasi
Komplikasi
yang paling sering adalah hipertensi pulmonal berat. Hipertensi pulmonal berat
berhubungan dengan DSV besar dan dilatasi ventrikel kiri. Paling banyak terjadi
pada pasien dibawah 2 tahun. Komplikasi yang paling sering dari DSV kecil dan
moderat adalah prolaps katup aorta,
regurgitasi aorta, obstruksi outflow ventrikel kanan dan kiri dan
endokarditis infektif.4
Prognosis
Secara umum DSV memiliki prognosis
jangka panjang yang baik. Pasien dengan defek yang kecil prognosis baik,
memiliki resiko yang kecil untuk terjadinya endokarditis, insufisiensi katup
aorta, aritmia. Angka kejadian untuk terjadinya penutupan secara spontan cukup
besar yaitu sekitar 75-80% dengan paling banyak terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan.7,8
Pada pasien dengan DSV moderate dapat berkembang menjadi pirau kiri ke kanan yang besar dan
menjadi faktor resiko untuk terjadinya gagal jantung pada usia 1-6 bulan.
Biasanya dilakuakan tatalaksana dengan medikamentosa tanpa operasi. Jika
dilakukan kateterisasi pada tekanan ventrikel kanan normal atau meningkat
sedikit akan menurunkan pirau pada 5 tahun dan tidak memerlukan
operasi. 7,8
Defek yang besar paling sulit penanganannya karena mortalitas pada 5
tahun usiakehidupan yang disebabkan oleh gagal jantung dan berhubungan dengan
infeksi paru yang berkaitan dengan peningkatan tahanan vaskular paru. Respon
terhadap obat yang buruk dan menunjukan shunt kiri ke kanan yang besar dengan
gagal tumbuh dan infeksi paru berulang sehingga membutuhkan operasi pada tahun
pertama. 7,8
Simpulan
Defek
septum ventrikel merupakan penyakit jantung bawaan yang paling sering. Defek
septum ventrikel dibedakan berdasarkan lokasi defeknya. Perjalanannya penyakit
dari DSV dipengaruhi oleh ukuran defek. Pada defek yang besar harus dilakukan
tatalaksana untuk menghindari komplikasi yang terjadi yang akan meningkatkan
mortalitas dan morbiditas.
Daftar Pustaka
1. Marelli AJ, et al. Lifetime Prevalence of Congenital Heart Disease in
the General Population from 2000 to 2010. CIRCULATIONAHA. 2014; 113:008396
2. Spicer D et al. Ventricular septal
defects. Orphanet Journal of Rare Diseases. 2014; 9:144
3. Minette
MS, Sahn DJ. Ventricular septal defects. Circulation 2006;114:2190-7
4. Chaudhry TA, Younas M, Baig A. Ventricular
Septal defect and associated complications. J
Pak Med Assoc. 2011;61:10
5. Rojas CA, Jaimes C, and Abbara S. Ventricular Septal Defects
Embryology and Imaging Findings. J Thorac Imaging. 2013;28:28–34
6. Keane JF
and Fyler DC. Nadas Pediatrics Cardiology second edition. Elsevier saunder
2007.527-45
7. McDaniel
NL, Gutgesell, HP. Ventricular Septal Defects;
Moss and Adams' Heart Disease in Infants, Children, and Adolescents:
Including the Fetus and Young Adults, 7th Edition. Lippincott Williams &
Wilkins. 2008. 668-681
8. Benson
L, Yoo SJ, AL habshan F, and Anderson RH. Ventricular Septal Defect, Pediatrics
Cardiology third Ed. Churchill
Livingstone. 2010. 591-623
9. Fung A, et al. Impact of Prenatal Risk
Factors on Congenital Heart Disease in the Current Era. J Am Heart Assoc.
2013;2 :e000064
10. Park,
MK. Pediatric cardiology for Practitioner sixth edition. Elsevier saunder 2014.
160-8
Komentar
Posting Komentar