TATALAKSANA TERKINI SEPSIS PADA ANAK
PENDAHULUAN
Sepsis
memiliki angka kejadian yang tinggi, tatalaksana yang rumit,
mortalitas yang tinggi dan biaya perawatan yang mahal sehingga menjadi masalah global.1, 2 Sepsis merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas pada anak. Angka kematian pada anak karena sepsis adalah 7% dari
seluruh kematian anak, meskipun beberapa dekade telah mengalami perbaikan.2, 3 Di negara berkembang mortalitas sepsis berat pada
anak saat ini dapat mencapai 50% atau lebih. Sepsis menyebabkan morbiditas fisik, neuropsikologis
dan neurokognitif yang signifikan bagi penderita yang selamat dari kematian.4
Angka
kejadian sepsis di Amerika Serikat adalah 0,56 kasus per 1000 populasi per
tahun. Insidens paling tinggi terdapat pada kelompok usia bayi (5,16 kasus per
1000 populasi per tahun) dan menurun dengan tajam pada kelompok usia 10-14
tahun (0,2 kasus per 1000 populasi per tahun). Mortalitas lebih dari 4300
kematian pertahun atau sekitar 7% dari total kematian pada anak disebabkan oleh
sepsis. Pasien sepsis, sebagian besar berasal dari infeksi saluran nafas
(36-42%), bakteremia, dan infeksi saluran kemih.5
Institusi kedokteran pada tahun 1998 meminta
pedoman praktik dalam tata laksana sepsis. Pada tahun 2002 dan 2007 The American College of Critical
Care Medicine (ACCM) Clinical Practice Parameters for Hemodynamic Support of
Pediatric and Neonatal Shock dipublikasikan yang
merupakan laporan dari luaraan yang berhubungan dengan penggunaan pedoman
praktik (mortalitas 0-5% pada anak yang sebelumnya sehat, 10% pada anak dengan
penyakit kronis). Luaran sepsis berat anak dan neonatus mengalami perbaikan
pada tahun 2002 dengan adanya perawatan intensif anak dan neonatus. Penurunan
angka mortalitas dari 97% menjadi 9%. Tahun 2014 dilakukan pembaruan parameter
klinis praktis 2002 dan 2007 mengenai penggunaan dan efektivitas serta mengevaluasi
terapi dan luaran pada panduan 2007. Tahun 2017 dikeluarkan rekomendasi untuk
memperbaiki rekomendasi 2002 dan 2007.6
Pada referat ini akan dibahas rekomendasi
ACCM 2017 mengenai deteksi dini, tatalaksana dan pemantauan sepsis dan syok
sepsis.
DEFINISI SEPSIS
Sepsis adalah disfungsi organ
yang mengancam kehidupan (life-threatening
organ dysfunction) yang disebabkan oleh disregulasi imun terhadap infeksi.5, 7 Definisi ini menggantikan
definisi sebelumnya sepsis merupakan SIRS dengan adanya atau
akibat dari kecurigaan infeksi atau infeksi yang terbukti.3, 8 Konsep dasar sepsis dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Konsep Dasar Sepsis
·
Sepsis merupakan penyebab kematian karena infeksi
terutama jika tidak terdeteksi dan ditatalaksana dengan segera. Oleh sebab
itu deteksi sepsis mendapat perhatian yang penting.
·
Sepsis adalah sindrome yang terbentuk oleh faktor
patogen dan faktor pejamu (sepert ras, sex, genetik, usia, komorbiditas,
lingkungan) dengan karakteristik yang berkembang sepanjang waktu. Perbedannya
dengan infeksi adalah ada tidaknya disregulasi respon pejamu dan adanya
disfungsi organ.
·
Sepsis yang menginduksi disfungsi organ mungkin dapat
tersamar. Sehingga keberadaan sepsis perlu
dipertimbangkan pada pasien dengan infeksi. Sebaliknya infeksi yang
tidak terdeteksi dapat menyebabkan disfungsi organ baru.
·
Fenotif klinis dan biologis sepsis dapat dimodifikasi dengan
adanya penyakit akut, komorbiditas, terapi dan intervensi yang lama.
·
Infeksi spesifik dapat menyebabkan disfungsi organ
lokal tanpa meyebabkan respon sistemik pejamu.
|
Diagnosis sepsis ditegakkan berdasarkan
pada adanya: (1) Infeksi, meliputi (a) faktor predisposisi infeksi, (b) bukti
infeksi yang sedang berlangsung, (c) respon inflamasi; dan (2) tanda
disfungsi/gagal organ.5 Untuk operasional klinis, disfungsi organ dapat
dipresentasikan dengan adanya peningkatan skor sequential (sepsis-related) organ failure assesment (SOFA) lebih dari sama dengan 2 yang berhubungan
dengan angka kematian rumah sakit lebih dari 10%.7
Tabel 2. Sequensial (Sespis-Related) Organ Failure Assesment Score
SISTEM
|
SKOR
|
||||
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
Respirasi
|
|||||
Pao2/FiO2 mmHg (kpa)
|
> 400 (53,3)
|
<400 (53,3
|
<300 (40)
|
<200 (26,7) dengan
bantuan nafas
|
<100 (13,3)
dengan bantuan nafas
|
Koagulasi
|
|||||
Trombosit
|
> 150
|
<150
|
<100
|
<50
|
|
Fungsi Hati
|
|||||
Bilirubin
|
<1,2 (120)
|
1,2-1,9 (20-32)
|
2.0-5,9 (33-101)
|
6,0-11,9 (102-204)
|
<20.0 (204)
|
Kardiovaskuler
|
MAP >70
|
MAP<70
|
Dopamine < 5 atau
dobutamin (dosis berapapun)
|
Dopamine 5,1-15 atau
efinefrin< norefinefrin < 0,1
|
Dopamine >15 atau
efinefrin>0,1 atau
norefinefrin <
0,1
|
Sistem
Saraf Pusat
|
|||||
Skor
Glasglow coma scale
|
15
|
13-14
|
10-12
|
6-9
|
<6
|
Ginjal
|
|||||
Kreatinin,
mg/dL(µmol/L)
|
<1,2 (110)
|
1,2-1,9 (110-170)
|
2,0-3,4 (171-299)
|
3,5-4.9 (300-440)
|
>5,0 (440)
|
Urin
output, mL/hari
|
<500
|
<200
|
Terminologi
kriteria klinis untuk identifikasi awal pasien infeksi dan sepsis dengan cepat
tanpa pemeriksaan darah. Quick
SOFA (qSOFA) memperlihatkan pasien mempunyai prognosa ynag buruk bila
terdapat paling sedikit 2 dari kriteria berikut:7
1.
Laju respirasi lebih dari 22 kali per menit
2.
Penurunan kesadaran
3.
Tekanan darah sistolik kurang dari sama dengan 100 mmHg
Disfungsi organ meliputi disfungsi system
kardiovaskular, respirasi, hematologis, sistem saraf pusat, dan hepatik.
Disfungsi organ juga dapat ditegakkan berdasarkan skor PELOD-2. Diagnosis
sepsis ditegakkan bila skor ≥11 (atau ≥7). (Tabel 3)
Tabel
3. PEdiatric Logistic Organ
Dysfunction (PELOD) Score
2
Disfungsi organ dan variabel
|
Nilai derajat berat
|
||||||
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
|
Neurologis
|
|||||||
Glasgow Coma Score
|
>11
|
5–10
|
3–4
|
||||
Reaksi pupil
|
Reaktif
|
Tidak ada
|
|||||
Kardiovaskuler
|
|||||||
Laktat darah (mmol/L)
|
< 5.0
|
5.0–10.9
|
>
11.0
|
||||
Mean arterial pressure (mm Hg)
|
|||||||
0-<1 bulan
|
> 46
|
31–45
|
17–30
|
< 16
|
|||
1-11 bulan
|
>55
|
39–54
|
25–38
|
<24
|
|||
12-23 bulan
|
>60
|
44–59
|
31–43
|
<30
|
|||
24-59 bulan
|
>62
|
46–61
|
32–44
|
<31
|
|||
60-143 bulan
|
>65
|
49–64
|
36–48
|
<35
|
|||
>
144 bulan
|
>67
|
52–66
|
38–51
|
<37
|
|||
Ginjal
|
|||||||
Creatinine
(µmoL/L)
|
|||||||
0-<1 bulan
|
< 69
|
> 70
|
|||||
1-11 bulan
|
< 22
|
> 23
|
|||||
12-23 bulan
|
< 34
|
> 35
|
|||||
24-59 bulan
|
< 50
|
> 51
|
|||||
60-143 bulan
|
< 58
|
> 59
|
|||||
>
144 bulan
|
< 92
|
> 93
|
|||||
Respirasi
|
|||||||
Pao2(mm Hg)/FiO2
|
> 61
|
< 60
|
|||||
PaCo2 (mm Hg)
|
< 58
|
59-94
|
> 95
|
||||
Ventilasi invasif
|
tidak
|
ya
|
|||||
Hematologi
|
|||||||
Leukosit (x 109/L)
|
> 2
|
< 2
|
|||||
Trombosit (x 109/L
|
> 142
|
77-141
|
< 76
|
Untuk mengenali sepsis lebih dini dapat digunakan quick PELOD (qPELOD)
yang dapat dilihat pada tabel 4. Quick PELOD dapat juga digunakan sebagai
prediktif mortalitas pada sepsis.
Tabel
4. Quick PELOD
Kriteria
|
||||
Penurunan Kesadaran
|
Hipotensi
|
Takikardia
|
||
Usia
|
Sistolik (mmHg)
|
Diastolik (mmHg)
|
||
GCS<11
|
<1
bulan
|
<65
|
<46
|
<12
tahun >195
|
1-11
bulan
|
<75
|
<55
|
≥12
tahun >150
|
|
12-23
bulan
|
<85
|
<60
|
||
24-59
bulan
|
<85
|
<62
|
||
60-143
bulan
|
<85
|
<65
|
||
≥144
bulan
|
<95
|
<67
|
Sumber:
Lecrerc10
Syok sepsis dapat
didefinisikan sebagai bagian dari sepsis
dengan abnormalitas sirkulasi yang
berat, selular dan metabolik yang mendasarinya berhubungan dengan risiko tinggi
kematian dibanding hanya sepsis saja. Kriteria klinis syok sepsis adalah terdapatnya kebutuhan terhadap vasopressor untuk
mempertahankan mean arterial pressure
(MAP)
pada 65 mmHg ke atas dan nilai laktat serum lebih dari 2 mmol/L pada
kondisi tidak adanya hipovolemia.7
Tabel 4. Terminologi dan Definisi Baru
·
Sepsis didefinisikan sebagai disfungsi organ yang
mengancam jiwa disebabkan oleh adanya disregulasi respon pejamu terhadap
infeksi
·
Disfungsi organ dapat diidentifikasi sebagai perubahan akut pada skor
SOFA total> 2 poin akibat
dari infeksi
·
Skor baseline SOFA dapat
diasumsikan menjadi 0 pada pasien yang tidak diketahui mempunyai disfungsi
organ sebelumnya
·
Skor SOFA > 2 merefleksikan risiko kematian mendekati 10% pada populasi umum rumah
sakit dengan suspek infeksi. Bahkan patien dengan disfungsi ringan dapat
menjadi memburuk , menekankan bahwa kondisi ini serius dan membutuhkan
intervensi yang cepat dan tepat
|
·
Pada terminologi awam, sepsis merupakan kondisi yang mengancam jiwa yang
timbul ketika respon tubuh terhadap
infeksi mencederai organ dan jaringannya sendiri
·
Pasien dengan kecurigaan infeksi yangcenderung akan dirawat lama di ICU
atau meniggal di rumah sakit dapat teridentifikasi dengan segera dengan qSOFA
seperti, perubahan kesadaran, tekanan sistolik darah < 100 mmHg atau laju respirasi >22/menit
·
Syok sepsis merupakan bagian dari sepsis dimana terjadi
kelainan sirkulasi dan selular dan metabolik
yang cukup besar untuk menyebabkan kematian.
·
Pasien dengan syok sepsis dapat diidentifikasi dengan adanya gambaran klinis hipotensi yang
menetap dengan MAP 65 mmHg dan kadar laktat serum > 2 mmol/L (18 mg/dL)
meskipun mandapat resusitasi yang memadai. Dengan kriteria ini angka
mortalitas adalah lebih dari 40%
|
REKOMENDASI
ACCM 2017
Tahun 2017 ACCM mengeluarkan rekomendasi
untuk memperbaiki rekomendasi 2002 dan 2007 mengenai deteksi dini sepsis dan
syok sepsis pada anak dan neonatus, algoritma resusitasi dan monitoring syok
sepsis pada anak dan neonatus.6
Identifikasi dan tatalaksana dini sepsis dan syok sepsis menyebabkan perbaikan
luaran, sehingga diperlukan deteksi dini sepsis dan syok sepsis.11
Trias inflamasi yaitu demam,
takikardi, dan vasodilatsi sering ditemukan pada anak dengan infeksi ringan.
Syok sepsis diduga pada anak dengan trias tersebut dengan adanya perubahan
status mental yang bermanifestasi sebagai iritabel, menangis tidak kuat, bingung,
kontak yang kurang, letargi dan tampak mengantuk. Diagnosis syok sepsis
ditegakkan pada anak dengan adanya:6
1.
Dicurigai
infeksi yang bermanifestasi adanya hipotermi atau hipertermi
2.
Gejala
klinis berkurangnya perfusi jaringan yang dinilai dari: perubahan atau
penurunan status mental, pemanjangan capillary
refill time (CRT) lebih dari 2 detik, nadi yang lemah, akral dingin dan mottling, atau flash capillary refill, nadi yang bounding, tekanan nadi yang melebar atau penurunan produksi urin
kurang dari 1 ml/kg/jam. Hipotensi bukan merupakan diagnosis klinis syok
sepsis.
The
American College of Critical Care Medicine 2017
merekomendasikan bundle rekognisi untuk mengoptimalkan identifikasi pasien
dengan risiko syok sepsis berdasarkan tanda vital abnormal dengan kriteria
risiko tinggi. (Gambar 1.)
Gambar 1. Bundle
rekognisi, resusitasi, stabilisasi, dan performance
Sumber:
Davis6
Bundle rekognisi terdiri dari:6
-
Trigger tool. Trigger tool yang direkomendasikan adalah tanda vital, pemeriksaan
fisis dan pasien risiko tinggi.
-
Penilaian
klinis yang cepat dalam 15 menit menggunakan trigger tool. (Gambar 2.)
-
Mengaktifkan
bunle resusitasi sepsis dalam 15 menit pada pasien yang dicurigai syok sepsis. The American College of Critical Care
Medicine merekomendasikan setiap institusi mengembangkan atau mengadopsi
bundle resusitasi dan bundle stabilisasi 1 jam pertama, untuk mengoptimalkan
waktu.

Gambar 2. Trigger tool untuk rekognisi awal syok
sepsis
Sumber:
Davis6
Pasien yang masuk emergensi dengan adanya infeksi atau demam dilakukan
penilaian di triase. Pasien yang sakit kritis ditrasnfer ke ruang resusitasi.
Pasien yang tidak sakit kritis dilakukan penilaian menggunakan shock triage tool (STL) yang terdiri
dari abnormal suhu, CRT, kesadaran, nadi, kulit, hipotensi, takikardi, dan
takipnea. Jika pasien didapatkan hipotensi dilakukan protocol syok sepsis.
(Gambar3)
Bundle resusitasi terdiri dari: (Gambar
3.)6
-
Akses
intravena atau intraosseus dalam waktu 5 menit
-
Resusitasi
cairan yang tepat dalam waktu 30 menit
-
Pemberian
antibiotik spectrum luas dalam 60 menit
-
Kultur
darah sebelum pemberian antibiotik
-
Penggunaan
inotrop perifer atau sentral dalam 30 menit.

Gambar 3.
Algoritma dukungan hemodinamik anak menurut ACCM 2017
Sumber:
Davis6
Bundle
stabilisasi terdiri dari:6
-
Monitoring
multimodalitas untuk memandu terapi cairan, hormonal dan kardiovaskular untuk
mencapai mean arterial pressure-central venous pressure (MAP-CVP)
sesuai usia dan central venous oxygen saturation (Scvo2) lebih dari 70% atau cardiac index (CI) 3,3-6,0 L/menit/m2.
-
Pemberian
antibiotik yang sesuai. The American
College of Critical Care Medicine merekomendasikan setiap institusi
mengembangkan/ mengadopsi performance bundle untuk mengidentifikasi faktor
penghambat untuk mencapai rekognisi, resusitasi dan stabilisasi.
Bundle
performance terdiri dari:6
-
Pengukuran
adheren dalam mencapai tujuan
-
Penilaian
faktor penghambat seperti durasi antibiotik yang tidak sesuai, overresusitasi
cairan
Resusitasi
Tujuan resusitasi adalah mempertahankan
dan memulihkan jalan napas, oksigenasi dan ventilasi, mempertahankan dan
memulihkan sirkulasi yang didefinisikan sebagai perfusi dan tekanan darah yang
normal dan mempertahankan dan memulihkan ambang laju jantung.6
Endpoint terapi resusitasi adalah waktu pengisian kapiler (CRT) kurang
dari atau sama dengan 2 detik nadi yang normal yang tidak berbeda kualitasnya
antara nadi perifer ataupun sentral, akral hangat, urin output lebih dari 1
mL/kg/jam, status mental yang normal, tekanan darah yang normal sesuai usia,
kadar gula darah yang normal, dan kadar ion kalsium yang normal. Pemantauan
selama resusitasi adalah dengan oksimeter puls, elektrokardiogram yang
kontinyu, tekanan darah dan nadi, suhu, produksi urin, dan glukosa dan kalsium.6
Pada resusitasi diberikan suplementasi oksigen dengan nasal kanul high flow yang dititrasi sebagai terapi
inisial untuk menghindari hipoksia dan hiperoksia. Akses vaskular secepatnya
dan bolus cairan secara cepat 20 mL/kg menggunakan kristaloid isotonis atau
albumin 5% dengan memantau tanda-tanda overload cairan (peningkatan usaha
napas, rales, gallop atau hepatomegali). Apabila tidak didapatkan tanda
overload cairan, anak membutuhkan 40-60 mL/kg pada satu jam pertama. Apabila
didapatkan hipoglikemia dan hipokalsemia harus dilakukan koreksi.6
Bolus cairan selama 15-20 menit menunjukan risiko lebih rendah dalam
memerlukan ventilasi mekanik yang berhubungan dengan adanaya kelebihan cairan
walaupun dari segi kematian dan lama rawattidak berbeda secara bermakna.12
Cairan kritaloid isotonis dapat diberikan balanced
fluid (BF) yang secara bermakna dapat menurunkan angka kematian, angka
kejadian acute kidney injury (AKI),
kebutuhan akan terapi pengganti ginjal dan lamanya pemberian inotrop.13
Dopamine dapat diberikan bertahap hingga maksimum 10 mcg/kg/menit,
meskipun epinefrin ataupun norepinefrin lebih menguntungkan. Epinefrin dapat
mulai diberikan pada “cold shock”
(0,05-0,3 mcg/kg/menit) atau norepinefrin dapat mulai dititrasi pada “warm shock” untuk mengembalikan perfusi
dan tekanan darah normal. Hidrokortison dapt diberikan pada anak dengan
insufisiensi adrenal absolut atau adanya kegagalan aksis adrenal-pituitari.6
Stabilisasi
Target yang dicapai pada stabilisasi
adalah perfusi yang normal, CRT< 2detik, dan ambang batas laju jantung,
tekanan perfusi sesuai dengan usia, Scvo2 lebih dari 70% dan CI lebih dari 3,3
dan kurang dari 6,0 L/menit/m2.6
Endpoint terapi adalah waktu pengisian kapiler (CRT) kurang dari atau sama
dengan 2 detik nadi yang normal yang tidak berbeda kualitasnya antara nadi
perifer ataupun sentral, akral hangat, urin output lebih dari 1 mL/kg/jam,
status mental yang normal, CI antara 3,3-6,0 L/m/m2 dengan normal tekanan
perfusi (MAP-CVP atau MAP-IAP) sesuai dengan usia, Scvo2 lebih dari 70%,
memaksimalkan preload untuk memaksimalkan CI, MAP-CVP, normal INR, anion gap
dan laktat. (Tabel 5)6
Tabel
5. Batas laju jantung dan tekanan perfusi
Laju Jantung
(x/m)
|
Tekanan Perfusi
|
|
Mean Arterial
Pressure – Central Venous
Pressure (mm Hg)
|
||
Bayi
|
110-160
|
(55+usia
x1,5) = 55
|
Infant
(2 tahun)
|
90-160
|
(55+usia
x1,5) = 58
|
Anak
(7 tahun)
|
70-150
|
(55+usia
x1,5) = 65
|
Sumber: Davis6
Monitoring pada fase stabilisasi dengan oksimeter puls, elektrokardiogram
(EKG) kontinyu, kontinyu tekanan darah intraarterial, temperature, urin output,
CVP atau saturasi oksigen dana tau tekanan arteri pulmonal, glukosa dan
kalsium, INR, laktat dan anion gap.6
Kehilangan cairan dan hipovolemia sekunder yang persisten karena
kebocoran kapiler difus dapat berlangsusng beberapa hari. Cairan pengganti
dilanjutkan untuk mencapai perfusi dan cardiac output. Kritaloid merupakan
pilihan apabila hb > 10 g/dL. Tranfusi PRC dapat diberikan pada anak dengan
Hb<10 g/dL. Fresh frozen plasma (FFP)
dapat diberikan pada anak dengan pemanjangan INR. Pada pemantauan jika
didapatkan tanda overload cairan dapat diberikan furosemide atau peritoneal
dialisa atau CRRT untuk mengeluarkan overload cairan.6
Peningkatan kadar laktat dan anion gap dapat ditatalaksana dengan
oksigen delivery yang cukup dan pemberian glukosa. Delivery oksigen yang
adekuat ditandai dengan Scvo2 >70% dapat dicapai dengan Hb>10 g/dL dan CO
lebih dari 3,3. Delivery glukosa dapat dicapai dengan pemberian cairan isotonik
yang mengandung D10% sebagai cairan rumatan. Kadar glukosa dipertahankan 80-150
mg/dL dan mencegah hiperglikemia ataupun hipoglikemia.6
Dukungan hemodinamik dibutuhkan hingga beberapa hari. Anak dengan syok
yang resisten terhadap katekolamin menunjukan CO yang rendah/SVR yang tinggi,
CO tinggi/SVR rendah, atau CO rendah, SVR rendah. Infus titrasi vasoaktif
dipandu dengan pemeriksaan klinis (tekanan darah, laju jantung, dan
CRT/analisis perfusi kulit) dan data laboratorium (analisis gas darah, dan
Scvo2). Pasien dengan syok persisten (penurunan urin output, perfusi yang
buruk, asidosis metabolic, atau hipotensi) memerlukan penilaian CO yang akurat.6
Syok dengan CI rendah, tekanan darah normal, dan SVR tinggi milrinon
merupakan inodilator lini pertama pada syok yang resisten terhadap epinefrin
dengan tekanan darah normal. Nitroprusid atau nitrogliserin dapata diberikan
sebagai lini kedua.6
Syok dengan CI rendah, tekanan darah rendah dan SVR rendah norepinefrin
dapat ditambahkan atau mengganti epinefrin untuk meningkatkan tekanan darah dan
SVR. Setelah tekanan darah normal diberikan dobutamin, PDEI tipe III seperti
milrinon atau levosimendan dapat ditambahkan kepada norepinefrin untuk
memperbaiki CI dan Scvo2.6
Syok dengan CI tinggi dan SVR rendah. Titrasi norepinefrin dan cairan tidak
memperbaiki hipotensi dapat diberikan vasopressin dosis rendah, angiotensin,
untuk mengembalikan tekanan darah normal, meskipun potensi vasokonstriktor
dapat mengurangi CO. pada kondisi ini dapat ditambahkan norepinefrin dosis
rendah atau dobutamin.6
Syok refrakter harus dicurigai adanya komorbid yang tidak terdeteksi
termasuk kontrol infeksi yang kurang, adanya efusi perikardial, pneumotoraks,
hipoadrenal, hipotiroid, perdarahan, kondisi imunosupresi.6
Perbedaan Rekomendasi ACCM 2002, 2007 dan 2014
Perbedaan Rekomendasi ACCM 2002, 2007 dan 2014
Gambar 4. Rekomendasi ACCM 2002
Sumber: Carcillo14
Gambar
5. Rekomendasi ACCM 2007
Sumber:
Brierley15
Simpulan
Identifikasi dan
tatalaksana dini sepsis dan syok sepsis menyebabkan perbaikan luaran, sehingga
diperlukan deteksi dini sepsis dan syok sepsis. Diperlukan bundle rekognisi,
resusitasi, stabilisasi, dan performance untuk memperbaiki luaran sepsis dan
syok sepsis.
Komentar
Posting Komentar