sindrom cushing



SINDROM CUSHING

Pendahuluan
Sindrom Cushing adalah sekumpulan gejala dan tanda klinis akibat meningkatnya kadar glukokortikoid (kortisol) dalam darah. Pada tahun 1932 Harvey Cushing pertama kali melaporkan sindrom ini dan menyimpulkan bahwa penyebab sindrom ini adalah adenoma hipofisis sehingga penyakit ini disebut penyakit Cushing. Beberapa tahun kemudian diilaporkan bahwa sindrom seperti ini juga bisa disebabkan oleh penyebab lain selain adenoma hipofisis dan sindroma ini disebut syndrome cushing.

Kelenjar Adrenal
Kelenjar adrenal (suprarenal/ anak ginjal) adalah sepasang organ yang terletak dekat kutub atas ginjal, terbenam dalam jaringan lemak. Kelenjar ini ada 2 buah, berwarna kekuningan serta berada di luar (ekstra) peritoneal.
          Kelenjar suprarenalis ini terbagi atas 2 bagian, yaitu :
  1. Medula Adrenal
  2. Korteks Adrenal, tersusun dari 3 zona yaitu:
a.       Zona glomerulosa
b.      Zona fasikulata
c.       Zona Retikularis


No.
Hormon
Prinsip kerja
1
Bagian korteks adrenal
a. Mineralokortikoid
b. Glukokortikoid

Mengontol metabolisme ion anorganik
Mengontrol metabolisme glukosa
2
Bagian Medula Adrenal
Adrenalin (epinefrin) dan noradrenalin
Kedua hormon tersebut bekerja sama dalam hal berikut :
a. dilatasi bronkiolus
b. vasokonstriksi pada arteri
c. vasodilatasi pembuluh darah otak dan otot
d. mengubah glikogen menjadi glukosa dalam hati
e. gerak peristaltik
f. bersama insulin mengatur kadar gula dara
Tabel 1. Hormon dari kelenjar anak ginjal dan prinsip kerjanya


Hormon Kortisol
Kortisol atau hidrokortison adalah kortikosteroid hormon yang terdapat di dalam tubuh manusia yang dihasilkan oleh Zona fasciculata dan Zona reticularis dari korteks adrenal. Cortisol merupakan glukokortikoid utama didalam tubuh manusia.
Efek terhadap semua sistem didalam tubuh:
  1. Efek terhadap Metabolisme :
Karbohidrat     : Meningkatkan glukoneogenesis
Lemak             : Meningkatkan lipolisis dijaringan lemak
Protein             : Meningkatkan pemecahan protein menjadi asam amino dijaringan
perifer yang kemudian digunakan untuk glukoneogenesis.
  1. Efek terhadap proses inflamasi dan fungsi imunologis:
Produksi normal dari glukokortikoid endogen tidak akan berpengaruh secara bermakna terhadap  proses keradangan dan penyembuhan. Kelebihan glukokortikoid endogen dapat menekan fungsi immunologis dan dapat mengaktifasi infeksi latent. Efek imunosupresi ini digunakan dalam pengobatan penyakit autoimune, proses inflamasi dan transplantasi organ.
Peran glukokortikoid dalam proses imunologis dan inflamasi adalah
-          Merangsang pembentukan protein (lipocortin) yang menghambat phospholipase A2 sehingga mencegah aktivasi kaskade asam arachidonat dan pengeluaran prostaglandin.
-          Menurunkan jumlah limfosit dan monosit diperifer dalam 4 jam, hal ini
terjadi karena terjadi redistribusi temporer limfosit dari intravaskular kedalam
limpa, kelenjar limfe, ductus thoracicus dan sumsum tulang.
-          Meningkatkan pengeluaran granulosit dari sumsum tulang ke sirkulasi,
tapi menghambat akumulasi netrofil pada daerah inflamasi
-          Meningkatkan proses apoptosis
-          Menghambat sintesis cytokine
-          Menghambat nitric oxyd synthetase
-          Menghambat respon proliferatif monosit terhadap Colony Stimulating Factor dan diferensiasinya menjadi makrofag
-          Menghambat fungsi fagositik dan sitotoksik makrofag
-          Menghambat pengeluaran sel-sel radang dan cairan ke tempat inflamasi
-          Menghambat plasminogen activators ( PAs ) yang merubah plasminogen menjadi plasmin yang berperan dalam pemecahan kininogen menjadi kinin yang berfungsi sebagai vasodilator dan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah.
  1. Efek glukokortikoid terhadap musculoskeletal dan Jaringan ikat :
    Tulang :
-          menghambat fungsi osteoblast dan mengurangi pembentukan tulang baru menyebabkan terjadinya osteopenia.
-          Meningkatkan jumlah osteoclast
-          Secara tidak langsung mengurangi absorbsi calcium di saluran cerna
-          Efek sekunder glukokortikoid juga meningkatkan Parathyroid hormon dalam serum.
-          Meningkatkan ekskresi calcium di ginjal
Otot :
-          Glukokortikoid meningkatkan pemecahan asam amino dari otot untuk digunakan dalam glukoneogenesis, sehingga dalam pemakaian lama dapat menyebabkan kelainan otot ( myopathy ) yang berat.
Jaringan Ikat :
-          Glukokortikoid menyebabkan supressi fibroblas DNA dan RNA, serta sintesis protein
-          Supresi sintesis matriks intraselular (kolagen & hyalurodinat)
  1. Efek neuropsychiatrik
Glukokortikoid mempunyai pengaruh terhadap tingkah laku seperti pola tidur, kognitif dan penerimaan input sensoris.
  1. Efek terhadap Saluran Gastrointestinal :
-          Glukokortikoid mempunyai efek langsung terhadap transport ion natrium di colon melalui reseptor glukokortikoid.
  1. Efek terhadap pertumbuhan
Pada anak dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan linier, penyebabnya belum diketahui secara pasti, diduga melalui hambatan hormon pertumbuhan
  1. Efek pada paru
Merangsang pembentukan surfactant oleh sel pneumatosit II.

Regulasi kortisol dipengaruhi oleh hormon ACTH yang disekresi oleh hipofisis. ACTH ini merangsang sekresi kortisol. Sedangkan sekresi ACTH sendiri diatur oleh CRF/CRH (Corticotropin Releasing Factor/Hormone) dari hipotalamus. ACTH ini mengaktifkan sel adrenokortikal untuk memproduksi steroid melalui peningkatan siklik adenosin monofosfat (cAMP). Kortisol ini apabila berlebih mempunyai umpan balik negatif terhadap sekresi ACTH dan CRF yang masing-masing mengarah pada hipofisis dan hipotalamus agar sekresi CRF, ACTH, dan kortisol kembali menjadi normal.






Klasifikasi dan Etiologi
Berdasarkan pengaruh hormone adrenokortikotropik terhadap terjadinya hipersekresi glukokortikoid maka sindrom Cushing dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu tergantung ACTH (ACTH dependent) dan tidak terhantung ACTH (ACTH independent)
1.      Sindrom Cushing tergantung ACTH
Pada tipe ini hipersekresi glukokortikoid disebabkan oleh hipersekresi ACTH. Hipersekresi kronik ACTH menyebabkan hyperplasia zona fascikulata dan zona retikularis korteks adrenal. Hiperplasia ini menyebabkan hipersekresi hormone adrenokortikal yaitu glukokortikoid dan androgen sehingga pada tipe ini ditemukan peningkatan kadar hormone adrenokortikotropik dan kadar glukokortikoid dalam darah. Yang temasuk dalam syndrome ini adalah
  1. Adenoma hipofisis
Sel-sel kortikotropik secara spontan mensekresi ACTH secara berlebihan. Keadaan ini menyebabkan hyperplasia adrenal bilateral yang selanjutnya menyebabkan hipersekresi glukokortikoid.
  1. Sindroma ACTH ektopik
Merupakan sindrom Cushing yang penyebab primernya berupa tumor jaringan non endokrin yang mensekresi ACTH atau  zat yang mempunyai aktivitas seperti ACTH yang berlebihan. Hipersekresi ACTH ini mengakibatkan hyperplasia adrenal dan menyebabkan hipersekresi glukokortikoid. Kadang-kadang tumor jaringan non endokrin ada yang mensekresi CRH (Corticotropin Releasing Hormon) secara berlebihan, mengakibatkan hipersekresi ACTH sehingga mengakibatkan hipersekresi glukokortikoid. Ini disebut syndrome CRH ektopik. Tumor-tumor jaringan non endokrin yang menyekresi ACTH ataupun CRH antara lain tumor paru, timus, pancreas, tiroid dan ovarium.
2.      Sindrom Cushing tidak tergantung ACTH
Pada tipe ini tidak ditemukan adanya pengaruh sekresi ACTH terhadap glukokortikoid, atau hipersekresi glukokortikoid tidak berada dibawah pengaruh  jaras hipotahalamus hipofisis.
      Pada tipe ini ditemukan peningkatan glukokortikoid dalam darah sedangkan kadar ACTH menurun karena mengalami penekanan. Yang termasuk dalam sindrom ini adalah:
  1. Tumor adrenokortikal
  2. Hyperplasia adrenal nodular
  3. Ioatrogenik

Patofisiologi
Keadaan hiperglukokortikoid pada sindrom Cushing menyebabkan katabolisme protein yang berlebihan sehingga tubuh kekurangan protein. Kulit dan jaringan subcutanmenjadi tipis, pembuluh darah menjadi rapuh sehingga tampak striae berwarna ungu didaerah abdomen, paha, bokong dan lengan atas. Otot-otot menjadi lemah dan sukar berkembang, mudah memar, luka sukar sembuh, rambut tipis dan kering.
            Keadaan hiperglukokortikoid didalam hati akan meningkatkan enzim glukoneogenesis dan aminotransferase. Asam amino yang dihasilkan dari katabolisme protein diubah menjadi glukosa dan menyebabkan hiperglikemia serta penurunan pemakaian glukosa perifer sehingga bisa menyebabkan diabetes yang resisten terhadap insulin.
            Pengaruh hiperglukokortikoid terhadap sel-sel lemak adalah meningkatkan enzim lipolisis sehingga terjadi hiperlipidemi dan hiperkolesterolemi. Pada sindroma Cushing ini terjadi redistribusi lemak yang khas. Gejala yang bisa dijumpai adalah obesitas dengan redistribusi lemak sentripetal. Lemak terkumpul didaerah abdomen punggung bagian atas membentuk buffalo hump, dan wajah tampak bulat seperti bulan dengan dagu ganda.
            Pengaruh hiperglukokortikoid terhadap tulang menyebabkan peningkatan resorpsi matriks protein, penurunan absorpsi kalsium dari usus dan peningkatan ekskresi kalsium dari ginjal. Akibatnya terjadi hipokalsemia osteomalasia dan retardasi pertumbuhan. Peningkatan ekskresi kalsium dari ginjal menyebabkan urolithiasis.
Pada keadaan hiperglukokortikoid dapat terjadi hipertensi namun penyebabnya belum diketahui dengan jelas. Hipertensi dapat disebabkan oleh peningkatan sekresi angiotensinogen akibat kerja langsung glukokortikoid pada arteriol atau akibat kerja glukokortikoid yang mirip mineralokortikoid sehingga menyebabkan peningkatan retensi air dan natrium, serta ekskresi kalium. Retensi ini juga akan menyebabkan wajah menjadi bulat menjadi tampak pletorik.
Keadaan hiperglukokortikoid juga dapat menimbulkan gangguan emosi, insomnia, dan euphoria. Pada sindrom Cushing, hipersekresi glukokortikoid sering disertai peningkatan sekresi androgen adrenal sehingga dapat ditemukan gejala dan tanda klinis hipersekresi androgen seperti hirsutisme, pubertas prekoks, dan timbulnya jerawat.



DAFTAR PUSTAKA
  1. Pulungan B, dkk. Buku ajar endokrinologi anak. Jakarta:Badan Penerbit IDA;2010.h.278-80
  2. Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemeriksaan Mental Emosional Remaja dengan Penyakit Kronik

PENDEKATAN DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA PENYAKIT PARU KRONIK PADA ANAK

KEMBAR SIAM (CONJOINED TWIN)